Author : ohnajla
Genre : romance, fantasy, school life, friendship, supranatural, teen
Length : Series
Rating : Teen
Main Cast : Oh Sehun (EXO), Yook Ha Na (OC)
Support Cast : EXO, BTS, BTOB Sungjae
.
Sementara
itu di Incheon..
Pesawat dari Washington
DC baru saja tiba. Tujuh pemuda dengan pakaian serba hitam turun dari pesawat
dan bergegas keluar dari bandara. Mereka sudah ditunggu oleh sebuah van hitam.
“Bagaimana perjalanan
kalian?” tanya sopir yang menyetir van hitam tersebut ketika ketujuh pemuda itu
sudah memasuki van.
“Kenapa kami harus ke
sana kalau akhirnya kami kemari?” ketus pemuda yang duduk di samping sopir. Dia
melepas topi serta maskernya, di sini dia tidak perlu khawatir kalau cahaya
matahari akan melukainya.
“Sebelum menuju tempat
tinggal, inilah identitas kalian di sini.”
Sopir itu membagikan
tujuh lembar pada tujuh pemuda itu. antara rela dengan malas ketujuh pemuda itu
menerimanya.
1.)
Nama
Asia : Kim Seok Jin, nama Amerika : Paul Miles, nama BTS : Jin. Status : siswa
kelas 3-1 SMA Sekang.
2.)
Nama
Asia : Min Yoon Gi, nama Amerika :George Ashton, nama BTS : Suga. Status :
siswa kelas 3-3 SMA Sekang.
3.)
Nama
Asia : Jung Ho Seok, nama Amerika : Jack Gavin, nama BTS : J-Hope. Status :
siswa kelas 3-3 SMA Sekang.
4.)
Nama
Asia : Kim Nam Joon, nama Amerika : Peter Shane, nama BTS : Rap Moster. Status
: siswa kelas 3-1 SMA Sekang.
5.)
Nama
Asia : Park Ji Min, nama Amerika : Andi Rafael, nama BTS : Jimin. Status :
siswa kelas 2-1 SMA Sekang.
6.)
Nama
Asia : Kim Tae Hyung, nama Amerika : Zion Victor, nama BTS : V. status : siswa
kelas 2-1 SMA Sekang.
7.)
Nama
Asia : Jeon Jung Kook, nama Amerika : Fabian Zander, nama BTS : Jungkook.
Status : siswa kelas 2-1 SMA Sekang
“Apa maksudnya ini?”
tanya pemuda nomor 4 alias Rap Monster. Dia masih mencerna nama-nama barunya di
kertas itu sekaligus statusnya.
Mobil telah berjalan.
Sopir menjawab di sela-sela konsentrasinya. “Mulai besok kalian akan bersekolah
di sana.”
“Kau bilang mereka
berada di kelas yang sama, kan? Kenapa kami harus terpisah seperti ini?” tanya
pemuda nomor 7, Jungkook. Dia lah yang duduk di sebelah sopir.
“Kelas itu sudah tidak
bisa diisi murid lagi. Hanya tersisa tiga kuota untuk ditempati.”
“Ah.. jadi mereka ada
di kelasku,” gumam V sambil menyeringai. Dia merasa puas telah mendapatkan
tempat yang sangat memudahkannya nanti.
“Apa kepentingan dari
nama Amerika yang kau berikan? Kau terlambat memberikannya,” ucap Jin sambil
melipat kertasnya dan dimasukkan dalam saku jaket.
“Kupikir kau akan
menuliskan apa kekuatan kami,” timpal J-Hope yang juga melakukan hal yang sama
seperti Jin.
“Kalian akan tahu
dengan sendirinya. Yang pasti kalian adalah Bangtan Sonyeondan, Bulletproof Boy
Scout.”
“Ya ya ya,” balas Suga
malas. Dia sudah bersiap tidur, entah dari mana dia tahu kalau perjalanan ini
akan memakan waktu lama.
“Eum.. berarti besok
pergi ke sekolah. Kira-kira aku harus berdandan bagaimana?” gumam Jimin sambil
membolak-balikkan majalah fashion yang dia ambil dari tumpukan majalah di
dekatnya.
“Ngomong-ngomong,
seperti apa mereka di sekolah? Kudengar mereka bisa kemari karena salah satu dari
mereka telah menikah. Huh, lucu sekali,” ucap Jungkook.
“Kurasa diantara kalian
tidak ada yang bisa membaca pikiran orang lain. Berhati-hatilah pada satu orang
di antara mereka. Dia memiliki kekuatan berharga itu,” balas sang sopir.
Dahi Jungkook berkerut.
“Itu sudah lebih dari berbahaya. Apakah pengendali waktu dan teleporter ada
diantara mereka?”
“Eoh. mereka berkumpul
menjadi satu di kelas yang akan kau tempati.”
“Lalu yang menikah? Apa
yang dia miliki?” kini V mulai berkicau. Dia sejak tadi mendengarkan percakapan
antara sopir dan Jungkook.
“Sejauh ini aku tidak
bisa mengetahui pasti apa yang dia miliki.”
Dahi Jungkook berkerut
semakin dalam. “Wae-yo? Apa dia jauh lebih berbahaya dari yang lain?”
“Bisa jadi seperti itu.
pernikahan dengan manusia membuat makhluk sepertinya semakin kuat, dan mungkin
dia akan menghasilkan banyak kekuatan dan kemampuan. Dia member termuda
sepertimu.”
“Apa gadis yang dia
nikahi berada di kelas itu?” tanya V.
“Eoh. Namanya Yook Ha
Na. Dia anak kedua dari pengusaha Asia Yook Jae Ho. Dia memiliki seorang kakak
lelaki bernama Yook Sung Jae, yang sekarang ada di kelas 3-1. Yook bersaudara
adalah pewaris dari perusahaan Angelo. Tapi semenjak Hana menikah dengan maknae
EXO, hak kewarisannya dihentikan. Gadis itu bahkan dihapus dari daftar nama
keluarga karena telah membuat keluarganya marah. Sekarang Hana tinggal di rumah
milik EXO yang tidak jauh letaknya dari SMA Sekang. Kalau diandaikan, Yook Hana
adalah versi perempuan dari EXO. Dia sangat cantik, tinggi badannya 168 cm,
otaknya brilian dan nilai etikanya bagus. Dari analisisku, aku menemukan
delapanbelas aura di tubuhnya. Kalau ditanya apa dia berbahaya, ya dia sangat
berbahaya. Bahkan jauh lebih berbahaya dari si telekinesis, pengendali waktu,
teleporter bahkan suaminya. Aku menemukan ada sesuatu yang menakjubkan di dalam
dirinya.”
**
Dalam satu minggu ini
rasa cinta Hana pada Sehun semakin jelas. Gadis itu benar-benar mencintai
Sehun, dalam artian menerima Sehun apa adanya. Meski dia berulang kali diceramahi
oleh penguasa Exoplanet bahwa Sehun bisa saja lenyap bila EXO kalah dalam
pertarungan. Tapi Hana yakin, Sehun adalah satu-satunya lelaki yang akan
menjadi cintanya.
Istirahat sekolah,
sebelas member memilih pergi ke kantin untuk makan, sedangkan Hana memilih
menemani Sehun di halaman belakang sekolah.
Sehun membuka mata
setelah lima menit tidur. “Kenapa di sini?”
Hana tersenyum. “Aku
ingin menemanimu.”
Sehun menatap Hana
intens. Saat itulah rambutnya berubah menjadi merah menyala. Ia pun membuang
pandangan kita Hana melepaskan topinya.
“Tidak perlu
ditutup-tutupi, Oh Sehun. Tanpa kau bicara pun, aku sudah tahu emosimu dari
perubahan warna rambutmu.”
“Lagi pula siapa yang
menyuruhku pakai topi?”
Hana tertawa, dia baru
tahu kalau ternyata Sehun si hati batu itu bisa sewot juga. “Iya iya. Maksudku
hanya padaku. Kalau bersamaku, kau harus mengatakan padaku apa yang sedang kau
rasakan sekarang. Dengan begitu aku tahu apa yang harus kulakukan.”
Warna rambut Sehun
berubah menjadi merah mengkilat. “Aku sendiri tidak tahu apa yang tengah
kurasakan.”
Hana mengusap rambut
Sehun dengan lembut. Dia tersenyum melihat pupil mata Sehun yang membesar.
“Boleh kutanya sesuatu?”
“Eoh.”
“Apa yang membuatmu
menjauh saat aku mendekatimu? Seminggu lalu.”
“Aku takut padamu.”
Hana tersenyum. “Lalu
setelah itu, saat aku meraih tanganmu, kenapa kau diam saja ketika kutarik?”
Kepala Sehun tertunduk.
“Aku tidak tahu. Yang kutahu saat itu, aku bisa merasakan apa itu hangat, untuk
pertama kalinya.”
Hana terdiam. Dia
memandang sosok tampan di hadapannya dengan ekspresi yang sulit diartikan.
Suatu perasaan sedang berkecamuk di hatinya.
Tangan Hana beralih ke
pipi Sehun. “Kau merasa hangat dengan ini?”
Kepala Sehun terangkat
sedikit hingga matanya bisa menatap kedua mata Hana. “Eoh.”
Hana pun menarik Sehun
ke pelukannya. “Itulah yang ingin kutahu selama ini, Oh Sehun. Jika kau tidak
mengungkapkannya seperti tadi, aku tidak akan tahu apa yang kau butuhkan
dariku.”
“Kenapa kau harus
tahu?”
“Karena aku istrimu,
pendamping hidupmu.”
“Pendamping?”
“Ne. Apapun yang
terjadi padamu, tidak akan mengubah perasaanku terhadapmu.”
Sehun terdiam.
Pandangannya sedang asik menelisik rambut Hana, namun sebenarnya dia tidak
focus pada itu. mungkin benar kata Luhan, dia tidak berpikir dengan otaknya,
tapi dengan rambutnya. Buktinya sekarang rambutnya berwarna pelangi.
“Aku tidak tahu apa
perasaanku padamu,” lirih Sehun. Untuk kali ini dia bisa bimbang, bisa juga
lemah.
Hana mengelus rambut
Sehun dengan lembut, dia berusaha menyalurkan ketenangan meski hal itu tidak
bisa membuat Sehun tenang seketika. Semakin banyak warna di rambut Sehun
sekarang, semakin tinggi pula tingkat bimbangnya.
“Luhan saja tidak bisa
membaca pikiranmu. Sejak awal melihatmu, aku sudah bisa membaca pikiranmu
karena satu kemampuan unik yang kau miliki, merubah warna rambut.”
Sehun membalas pelukan
itu dengan lebih erat. “Andai kemampuan itu tidak kumiliki, bagaimana caramu
membaca pikiranku?”
“Aku tidak tahu. Tapi
kurasa, penciptamu pasti akan memberikan kemudahan untukku dalam membaca
suasana hati dan pikiranmu.”
“Ajari aku caranya, Oh
Hana.”
Hana tersenyum.
kupu-kupu serasa beterbangan di perutnya ketika Sehun menyebutnya dengan nama
lengkap. “Keureom, aku akan mengajarimu.”
“Berapa usiamu?”
“Oh? Eum… enambelas.”
Sehun meletakkan
dagunya di bahu Hana. “Berapa jarak usia kita? Kau hanya memanggilku Oh Sehun?
Bukan kakek moyang?”
Hana tertawa
mendengarnya. “Yaa, tidak ada frasa kakek moyang di dunia ini. Laki-laki atau
perempuan, penyebutannya tetap nenek moyang. Gwaenchanha Oh Sehun. Kau akan
tetap terlihat muda bahkan sampai usia jutaan tahun. Beda lagi denganku, aku
hanya cantik di usia belasan sampai empatpuluh saja.”
“Cantik? Apakah kata
yang mendeskripsikanmu adalah cantik?”
“Yaa! kau sedang
menghinaku?”
“Ani, aku hanya tidak
tahu definisi dari cantik dan batas cantik itu sendiri.”
Hana menghela napas.
“Ah aku baru sadar. Selama duaratus limapuluh tahun hidupmu, aku yakin kau
tidak pernah bertemu dengan wanita. Aku seorang wanita, fisik wanita dan
laki-laki berbeda. Perasaan keduanya juga bertolak belakang. Aku, tidak suka
dengan kekerasan, tapi laki-laki sepertimu, selalu melakukan kekerasan suka
atau tidak.”
“Apakah aku pernah
melakukannya padamu?”
Hana menggeleng.
“Selama pertemuan kita, aku merasa sangat tenang dan aman.”
Sehun mengeratkan
pelukannya. “Lalu?”
“Jiwa lelaki keras,
sedangkan perempuan lembut.”
“Lalu definisi dari
cantik?”
“Cantik adalah
penilaian semua orang entah lelaki atau perempuan berdasarkan pesona dari
seorang perempuan. Penilaian satu orang dengan orang lain tentu berbeda, itulah
mengapa cantik itu relative.”
“Tidak ada yang lebih
cantik darimu.”
Hana terkekeh. Tapi
detik berikutnya dia tercengang, warna rambut Sehun berubah merah muda.
“Be-benarkah?”
“Eoh. Kau cantik
sekali. Kau hangat, lembut dan sempurna.”
“Oh Sehun..”
Sehun menegapkan
tubuhnya. Ia menempelkan dahinya pada dahi Hana. Ekspresinya tetap sama, datar
dan dingin. Tapi warna rambut dan lebar pupil matanya membuat Hana tidak
berhenti terkejut.
“Apakah warna rambutku
berubah?”
“Eoh. warnanya.. merah
muda.”
Sehun perlahan
mendekatkan wajahnya. Jarak wajah mereka kian lama kian menipis. Mereka sampai
harus berebut oksigen dari jarak yang begitu dekat ini. Sampai akhirnya, bibir
Sehun mendarat di bibir Hana. Untuk pertama kalinya, dari 250 tahun hidup Sehun
dan 16 tahun hidup Hana mereka merasakan sengatan listrik yang berasal dari
sentuhan tersebut.
Sepuluh detik kemudian
Sehun menjauhkan wajahnya. “Apakah kau merasakan darah?”
Hana menggeleng sambil
tersenyum.
Sehun menghela napas.
“Syukurlah.”
Tiba-tiba Hana
menangkup pipi Sehun dan menarik kedua ujung bibir Sehun ke atas. “Cobalah
tersenyum, Oh Sehun.”
Sehun spontan menangkap
kedua pergelangan tangan Hana. Dia menggeleng.
“Wae-yo?”
Sehun memperlihatkan
sederet giginya. Dua taring bagian atas jauh lebih panjang dari gigi yang lain.
“Bibirku akan terluka jika aku tersenyum. Dan mereka akan tahu kalau aku adalah
vampire.”
“Kalau begitu cobalah
tersenyum dengan sedikit membuka bibirmu. Seperti ini.”
Sehun mengikuti seperti
yang dilakukan Hana. Awalnya dia merasa pipinya terasa kaku, namun karena
tatapan Hana, perlahan pipinya tidak terasa kaku lagi.
Gadis itu tersenyum
melihat bagaimana usaha Sehun untuk tersenyum. Dia menangkup pipi pemuda itu
dan menatapnya dalam. “Kau terlihat jauh lebih tampan jika tersenyum, Oh
Sehun.”
“Jinjja?”
Hana mengangguk.
“Cobalah untuk sedikit memejamkan matamu saat tersenyum.”
Sehun berusaha
tersenyum lagi tapi kini dengan mata sedikit terpejam. Meskipun penyebutanya sedikit
terpejam, tetap saja kedua matanya akan terpejam karena ukuran matanya yang
kecil.
Hana tergelak
melihatnya. Bagi Hana, Sehun terlihat lucu seperti bayi. “Kyeopta..”
CHUP!
Bukan Hana yang
melakukannya, tapi Sehun.
“Oh Sehun..”
“Oh Hana..”
Mereka berpandangan
sebentar sebelum Sehun menarik Hana yang tertawa ke dalam pelukannya. Keduanya
tidak sadar kalau Sehun sekarang bisa tersenyum dan sebelas member EXO sedang
melihat mereka dari jauh.
“Romantisnya,” gumam
Baekhyun.
Kai tersenyum. “Uri
maknae sudah dewasa, kah?”
“Yook Hana benar-benar
hebat. Dia bisa membuat si hati batu itu tersenyum,” ucap Chanyeol.
Luhan tersenyum puas.
“Hana mencintai Sehun dengan tulus, itulah yang kubaca dari pikirannya.”
“Kurasa energy Sehun
bertambah. Kita lihat nanti, apakah dia akan berubah menjadi ksatria di medan
perang atau tidak,” kata Suho.
**
Sehun dan Hana sedang
asyik bercanda di kamar mereka. Tiba-tiba, telinga Sehun berdengung sampai dia
mengerang kesakitan. Hana yang melihatnya mulai panic. Dia meraih kepala Sehun
kemudian disandarkan di bahunya.
“Argh!!”
Suara yang sama juga
didengarnya dari luar kamar mereka. Hana mengenal suara itu sebagai suara
Baekhyun, Chen dan Xiumin. Dahinya berkerut heran. Hanya EXO yang bisa
mendengar itu sedangkan dirinya tidak.
Namun detik berikutnya
waktu berhenti. Semua ikut diberhentikan kecuali EXO serta dirinya. Sehun tidak
lagi mengerang seperti tadi, napasnya tersengal-sengal seolah baru saja berlari
sejauh sepuluh kilometer.
Dari kaca rias yang ada
di hadapan Hana, terlihat sebuah tulisan berwarna hitam yang tiba-tiba muncul.
Perang
akan dimulai. EXO, persiapkan diri kalian dengan baik. Kalian akan bertemu sang
penghacur bumi besok. Mulailah berkoordinasi. Lindungi Yook Hana dengan baik.
“Sehun, penghancur bumi
yang dimaksud itu siapa?”
Sehun masih memandang
cermin itu dengan tatapan lurus. “Besok kita akan tahu siapa mereka.”
Dahi Hana berkerut
tidak mengerti. Tulisan itu menghilang tepat di saat waktu kembali berjalan.
Tapi, dia mulai takut kalau memang besok dia dan EXO akan bertemu mereka. Hana
pikir ‘penghancur bumi’ itu akan datang beberapa tahun lagi, tapi ternyata jauh
lebih cepat dari perkiraannya.
“Aku takut, Sehun,”
gumam Hana sambil menahan air matanya. Dia mencengkram erat baju Sehun hingga
kuku-kukunya memutih.
Sehun merengkuh gadis
itu jauh lebih erat. “Aku akan menjagamu. Geokjeongma.”
Isakan mulai terdengar
dari bibir tipis Hana. Dia menangis sekencang-kencangnya. Sejujurnya, dia juga
tidak mengerti kenapa perasaannya bisa sebegini sedihnya. Bukan hanya perkara
siapa yang akan ditemuinya besok, tapi ada sesuatu yang membuat perasaannya
berubah.
“Sehun.. hiks, kenapa
aku tiba-tiba menangis?”
Dahi Sehun berkerut.
“Bukankah kau takut?”
Hana menggeleng. “Di
saat takut aku tidak bisa menangis, Sehun.”
Sehun terdiam.
Pandangannya menerawang ke luar jendela yang sedang terbuka. Ini bukan hanya
perasaannya saja, tapi suasana malam hari di luar terlihat lebih pekat dari
biasanya.
“Mereka pasti ada di
sekitar kita.”
Hana menenggelamkan
wajahnya di dada Sehun. “Eotteohke? Hiks.. apakah ini berbahaya, Sehun?”
Rambut Sehun berubah menjadi
dark khaki tanda kalau dia sedang waspada. “Aku juga tidak tahu pasti. Mereka
sangat dekat, tapi mereka tidak tahu di mana kita. Kau tidak bisa melacak
posisi mereka sekarang?”
“Aku sendiri tidak tahu
apa kemampuanku.. hiks. Satu-satunya yang kutahu adalah menganalisis kalian,
selebihnya aku tidak tahu.”
“Nado, aku pun tidak
tahu pasti apa kekuatanku. Tidak bisakah kau menganalisisku sekarang?”
Hana menggeleng. “Aku
hanya menemukan fakta kalau kau adalah si pengontrol udara, bisa merubah warna
rambut dan mengeluarkan aroma tubuh sesuai suasana hati, dan membuat bayangan.
Lainnya, yang kulihat hanyalah sederet tanda tanya. Tapi, hiks. Kemampuan yang
tidak bisa kulihat ada limabelas di tubuhmu. Sampai sekarang aku tidak tahu apa
saja itu.”
Sehun mengangguk
mengerti. “Aku yang akan mencari tahu.”
“Oh Sehun! Hiks, kenapa
perasaanku bertambah sakit?!! Jeongmal appa-yo..”
Rambut Sehun berubah
pelangi. Dia bingung harus berbuat apa kalau melihat Hana menangis seperti ini.
Apalagi tangisannya semakin keras.
“Oh Sehun!!!”
Sehun memejamkan mata,
memaksa dirinya untuk berbuat sesuatu yang sekiranya bisa menenangkan Hana. Dia
harus berbuat sesuatu kalau tidak mau melihat Hana menderita.
Dengan spontan, tangan
Sehun menepuk punggung Hana satu kali dan sebuah keajaiban terjadi. Ketika
Sehun membuka mata, dia tidak lagi melihat kamarnya, melainkan melihat banyak
dinding tinggi yang menjulang tanpa batas. Dinding-dinding itu berwarna putih,
akan tetapi terlihat gelap karena tidak adanya pencahayaan. Sehun melangkah
hati-hati menyusuri jalan yang dipijak ini melewati dinding-dinding putih itu.
Dia sudah berulang kali terjebak dengan banyaknya persimpangan. Namun, dia
memilih untuk terus berjalan ke sisi kanan.
Tak lama berjalan,
terdengar suara teriakan perempuan. Dia semakin mempercepat langkahnya hingga
berhenti di suatu tempat. Di sana, gadis berambut panjang dengan terusan putih
dan sepasang sayap, sedang terjebak oleh dua rantai yang mengikat kedua tangan
dan kakinya di dinding. Teriakan itu terdengar jelas, lantaran ada dua bayangan
hitam dengan kecepatan tinggi tengah menyiksa gadis itu dari berbagai sisi.
Bayangan itu bukan sedang mengincar gadis tersebut, melainkan sebuah lambang
putih bervibrasi yang menempel tepat di belakang gadis itu.
Sehun terkesiap ketika
tahu bahwa gadis itu adalah Yook Ha Na.
Tidak hanya rambutnya
yang berubah, iris mata dan taringnya juga berubah. Rambutnya menjadi merah
maroon, iris matanya berubah menjadi merah menyala, taringnya memanjang hingga
terlihat keluar dari bibirnya dan bagian leher serta wajahnya terbentuk sebuah
gambar berwarna hitam berbentuk seperti batang tumbuhan menjalar.
Hatinya
hanya mengenal Hana, untuk itu dia akan melakukan apapun untuk gadis tersebut.
Dengan kemampuannya,
dia mengeluarkan satu bayangannya. Berdua dengan replikanya, dia berkolaborasi
melawan bayangan hitam itu dengan kecepatan jauh lebih tinggi. Dia mengayunkan
Death Sword yang terbentuk otomatis di tangan kanannya pada bayangan hitam itu.
Anehnya, di saat Sehun serta bayangannya berhasil menebas kedua bayangan hitam
itu, dari kedua bayangan hitam tersebut terbentuklah dua manusia yang juga
berkemampuan sama seperti Sehun. Satu asli dan satu lagi replika. Manusia yang
muncul itu adalah seorang laki-laki dengan topeng yang hanya memperlihatkan
mata kirinya.
Mereka pun bertarung di
sana. Asli melawan yang asli dan replika melawan yang replika. Sehun semakin
ganas mengayunkan pedangnya. Dia terus menyerang tanpa peduli seberapa kuatnya
perlindungan dari si mata satu itu. Makin lama, energinya makin bertambah
begitu juga dengan kemampuan pedangnya yang sukses menghancurkan perlindungan
mata satu itu. Akhirnya dengan satu tebasan, dia dan bayangannya sanggup
melenyapkan dua orang tersebut.
Bayangannya kembali
dalam tubuhnya. Pedangnya pun perlahan menghilang di balik kain lengan
tuxedonya. Taringnya kembali ke bentuk semula, begitu juga dengan iris mata
serta rambut yang berwarna hitam.
Dia dan gadis bersayap
itu saling menatap satu sama lain. Dengan energy yang tiba-tiba terkuras habis,
dia menyeret kakinya untuk mendekat dan meraih gadis itu dalam pelukannya.
Seketika itu jua, rantai yang memenjara tangan serta kaki gadis tersebut hilang
dan juga tempat yang semula gelap dan penuh liku seperti labirin ini berubah
menjadi padang rumput yang tenang.
Gadis bersayap itu
balas memeluknya. “Gomawo, Oh Sehun.”
“Ne.”
Di saat Sehun membuka
matanya, dia melihat kembali ruang kamarnya.
“Sehun? Sehun?”
Sehun menunduk untuk
melihat gadis yang tengah direngkuhnya. Melihat wajah Hana yang sudah tidak
menangis lagi, membuatnya tersenyum. “Ne?”
“Aku sudah tidak
menangis lagi. Aneh ya?”
Sehun mengusap rambut
Hana dengan lembut. “Itu bagus. Perasaanmu sudahkah lebih baik?”
Hana mengangguk. “Eoh,
itu terjadi dengan tiba-tiba.”
Sehun mengecup pipi
Hana. “Baguslah, Hana.”
Hana pun tersenyum.
Detik berikutnya, ekspresinya berubah kala melihat wajah Sehun. “Ada apa
denganmu? Kenapa bibirmu pucat? Kenapa ada keringat di dahimu?”
Sehun mengusap dahinya
dengan tangan. “Ah.. aku juga tidak tahu.”
Rambutnya tiba-tiba
berubah warna menjadi biru dongker. Melihat perubahan warna itu, Hana mendengus
sebal. “Gotjimal.”
Sehun terkesiap
mendengarnya. Dia langsung membuang pandangan yang diikuti dengan perubahan
warna rambutnya menjadi pelangi. “A-ani.. aku memang tidak tahu.”
Hana menarik hidung
Sehun dengan gemas. “Akan kukutuk kau menjadi pinokio jika kau tetap berbohong
seperti itu.”
Bibir Sehun mengerucut.
Rambutnya berubah menjadi warna putih. “Keurae, aku sebenarnya lelah. Tapi
alasannya, aku tidak mau mengatakannya padamu.”
“Wae?? Kenapa kau tidak
mau mengatakannya padaku?”
Rambut Sehun berubah
menjadi pelangi. “Ini.. ini.. ini rahasia. Tidak lucu kan kalau aku mengatakan
rahasiaku?”
Hana memperhatikan Sehun
dengan dalam. “Rahasia?”
Sehun mengangguk dengan
kepala tertunduk.
Melihat Sehun seperti
ini, Hana menjadi tidak tega sendiri. Dia tidak tahu alasan kenapa Sehun begini
tapi Hana yakin kalau Sehun merahasiakan ini bukan karena itu berita buruk.
Hana pikir, mungkin Sehun ingin memberitahunya lain waktu sebagai sebuah
kejutan.
“Keurae..” ucap Hana
sambil mengelus rambut Sehun.
“Kau mau makan tidak?”
lanjut Hana.
Sehun mengangkat
kepalanya kemudian mengangguk semangat. Rambutnya telah berubah menjadi hitam.
Hana tersenyum, “ja!”
**
Esoknya, Hana beserta
EXO memulai kehidupan mereka seperti biasa. Namun kali ini, EXO jauh lebih
waspada. Di balik topinya, rambut Sehun bahkan berwarna dark khaki. Tangannya
menggenggam erat tangan Hana serta matanya tidak berhenti bergerak.
“Bagaimana cara
mendeteksi mereka?” gumam Kris yang berdiri tepat di sebelah Hana.
“Perasaan,” balas Hana
spontan.
Kris menoleh padanya.
“Maksudmu?”
“Akan ada perasaan aneh
jika mereka ada di sekitar kita,” balas Hana dengan pandangan lurus ke depan.
“Kemarin aku merasakannya.”
Kris hanya mengangguk.
Dia kembali memantau sekitar menggunakan kuasa tinggi tubuhnya.
“Aish, kakiku pegal,”
keluh Kai yang berjalan tepat di belakang Hana. Dia memang tidak terbiasa
berjalan seperti ini, karena dia selalu menggunakan kemampuannya yang serba
instan.
“Kalau kau mau
menghadapinya sendiri, gunakan saja kekuatanmu sekarang,” bisik Chanyeol yang
berjalan di sampingnya. Kai sedikit terlonjak ketika napas Chanyeol mengenai
telinganya. Napas Chanyeol jauh lebih panas dari napas biasanya.
“Kau bisa membakar
telingaku, hyung,” desis Kai sambil mengusap telinganya.
“Itu di luar
kehendakku, babo,” balas Chanyeol tidak mau kalah.
“Yaa yaa! Aku mendengar
suara teriakan para gadis,” seru Baekhyun tiba-tiba. Dia yang semula menyedot
perhatian seluruh member EXO, kini malah diacuhkan.
“Itu bukan topic
sebenarnya, Baek,” ketus D.O.
“Jangan bercanda di
saat seperti ini,” sambung Xiumin.
Baekhyun mengerang.
“Aku tidak sedang bercanda. Para gadis itu meneriaki orang baru.”
Akhirnya dia sukses
membuat kerumunan ini berhenti berjalan.
“Orang baru? Cepat
katakan apa saja yang mereka bicarakan,” ucap Suho.
“Suaranya terlalu banyak
jadi ini membuatku pusing. Yang pasti aku bisa mendengar beberapa gadis
menyebutkan nama dari mereka. Jeon Jung Kook. Kim Tae Hyung. Min Yoon Gi. Kim
Seok Jin. Kim Nam Joon. Park Ji Min. Jung Ho Seok.”
Sebelas member EXO
termasuk Hana, terdiam mendengar ucapan Baekhyun.
“Hanya tujuh?” tanya
Hana tiba-tiba.
Baekhyun mengangguk.
“Ada gadis yang sempat menghitung mereka.”
“Aneh, totalnya justru
lebih sedikit dari kita,” ucap Lay yang selama ini memang jarang sekali
terdengar suaranya.
Sehun menarik Hana
untuk kembali berjalan. “Sebentar lagi bel masuk.”
Yang lain akhirnya
mengikuti kemana Sehun dan Hana pergi.
“Sehun?”
“Hm?”
“Aku takut.”
Sehun menoleh. Dia
mengangkat tangannya yang sedang menggenggam tangan Hana untuk mencium punggung
tangan gadis itu. “Kau akan baik-baik saja. Bersikaplah seperti biasanya.”
Meski tak yakin, Hana
tetap mengangguk.
**
Kelas
2-1…
Usai bel masuk
berbunyi, seorang guru memasuki kelas diikuti tiga orang siswa asing. Pandangan
EXO langsung menyorot tajam, terkecuali Sehun yang terlihat biasa saja. Begitu
pun dengan ketiga siswa asing tersebut.
Ketua kelas mengomando
seluruh siswa untuk mengucapkan selamat pagi pada seonsaengnim. Setelah itu
barulah guru itu memperkenalkan tiga murid asing yang ada di sebelahnya.
“Hari ini kalian
kedatangan murid baru. Mereka adalah Park Ji Min (Jimin membungkuk 90 derajat
penuh), Jeon Jung Kook (Jungkook membungkuk 45 derajat) dan Kim Tae Hyung
(Taehyung hanya menunduk sesaat). Mereka akan menjadi teman kalian sampai
semester depan. Jadi bertemanlah dengan baik, arraseo?”
“Ne, saem,” balas
seluruh murid dengan kompak kecuali EXO.
“Kalian bertiga, duduklah.”
Ada tiga kursi kosong
yang tersisa. Dua kursi berada dalam satu meja yang sama di sudut yang jauh
dari deretan EXO, sedangkan satu kursi lagi ada tepat di sebelah Luhan. Jimin
menarik tangan Jungkook untuk duduk dengannya di satu bangku, jadi kursi di
sebelah Luhan, ditempati oleh Kim Tae Hyung.
Di saat menuju
kursinya, pandangan Taehyung tidak lepas dari Hana. Sorot matanya yang tajam
membuat Hana langsung membuang pandangan, itu membuat Sehun membalas tatapan
Taehyung yang telah menakuti Hana-nya. Di saat mereka beradu pandang, Sehun
seakan mengenali tatapan itu. Tatapan yang dilihatnya saat memasuki hati Hana.
“Baiklah. Hari ini kita
akan membahas materi tentang larutan buffer. Hanjang, tolong ambilkan indicator
pH di laboratorium kimia.”
Taehyung duduk tenang
di bangkunya, begitu juga dengan Jungkook dan Jimin. Ketiganya bahkan
mengeluarkan alat-alat tulis layaknya haksaeng biasa.
Taehyung duduk di
sebelahnya, Luhan tidak peduli. Dia tetap asyik memainkan rubiknya di bawah
meja. Toh dia sanggup membaca apa yang ada di pikiran ketiga murid baru itu
tanpa melihat matanya.
“Apakah
orang sebelahku adalah EXO? Kalau bukan, kenapa dia tidak focus pelajaran?”
Luhan berhasil
menyelesaikan satu rubik berbentuk piramida. Dia meletakkan rubik itu di laci
kemudian mengambil rubik lain dari dalam tas.
“Dia
mungkin bukan EXO. Harusnya kalau dia EXO, dia tidak setenang ini.”
Luhan menggaruk
kepalanya yang tidak gatal, berpura-pura terlihat bingung saat memainkan rubik
berbentuk chromoball. Dan seolah merasa dipandangi, Luhan menoleh ke samping.
“Wae?” tanyanya dengan
mata membesar.
Taehyung tersenyum
miring kemudian menggeleng. “Kau punya banyak benda seperti itu?”
Luhan mengangguk. “Eoh.
kau mau mencobanya?”
Taehyung menggeleng.
“Ani-yo, aku tidak bisa memainkannya.”
“Kau tidak akan pernah
bisa jika tidak mencoba,” balas Luhan sambil tersenyum. pemuda berwajah imut
itu kembali memainkan rubiknya dengan tenang.
“Yaa, kenapa Taehyung
berbicara dengan orang lain? Dia sudah gila?” bisik Jimin pada Jungkook.
Baekhyun yang
mendengarnya, berpura-pura sibuk menyalin catatan di papan tulis. Tapi
sebenarnya, dia sedang menuliskan kode pada Chanyeol.
Sepertinya
yang dimaksud Jimin adalah Luhan. Bersikaplah tenang seperti Luhan hyung.
Chanyeol hanya
mengangguk. Padahal dia sebenarnya sudah ingin membakar kelas ini begitu
melihat wajah musuh mereka.
“Bukan Taehyung namanya
kalau dia tidak gila,” balas Jungkook enteng.
“Semuanya sudah selesai
mencatat?”
“Sudah, saem.”
Taehyung melirik meja
Luhan yang tidak ada apa-apanya. “Kau tidak mencatat?”
Luhan menoleh. “Memang
kenapa?”
“Tulisan di papan akan
dihapus oleh seonsaengnim,” ucap Taehyung sambil mendorong dagunya ke depan.
Luhan melirik papan
sekilas. “Ah.. semuanya beres di tangan Kyungsoo. Kyung!”
D.O menoleh. “Mwo?”
“Kau sudah selesai
mencatatkan punyaku, kan?”
“Aku
tidak mengerti maksudmu, hyung. Mencatatkan apa?”
“Ah! kau ini! Aku kan
memintamu untuk mencatatkan punyaku,” bola mata Luhan membesar sedikit untuk
memberikan kode pada Kyungsoo.
“Eoh, hanya perlu
menyalinnya dari catatanku. Kidaryeo.”
Luhan mengangguk sambil
menunjukkan ibu jarinya.
“Namanya Kyungsoo?”
tanya Taehyung.
Luhan mengangguk. “Do
Kyungsoo. Ah, kau kan belum mengenal semua siswa di sini. Bagaimana kalau
kuperkenalkan satu persatu?”
Taehyung mengangguk
semangat. “Mungkin dengan begini aku tahu
yang mana EXO.”
“Keurae, dimulai
dariku. Wǒ de míngzì shì Lǔ Hàn.”
Dahi Taehyung berkerut
bingung, Luhan tersenyum. “Namaku Luhan. Asalku dari Haidian, Beijing.”
Baru Taehyung mengerti
dan kepalanya mengangguk.
“Di depanku ini, Huang
Zi Tao, dia berkewarganegaraan sama sepertiku, bedanya dia dari Qingdao. Lalu
di depanmu, ada Kim Jong In, dia itu memang sudah asli Seoul.”
“Kau dan Huang Zi Tao,
kenapa ada di Korea?”
Luhan angkat bahu. “Aku
sudah sejak kecil di sini. Kalau Tao, Yixing dan Yifan, aku tidak tahu.”
“Yixing? Yifan?”
Luhan mengangguk.
“Zhang Yixing, dia duduk dibangku nomor dua deretanku. Asalnya dari Changsa.
Sedangkan Yifan yang duduk di paling depan deretanmu, asalnya dari Guangzhou.”
“Ah.. begitu. Ternyata
ada empat orang yang China. Apakah kalian kenal satu sama lain sebelumnya?”
“Ani. Kami baru kenal
saat memasuki SMA ini.”
Taehyung mengangguk
lagi. “Lalu yang lain?”
“Yang duduk di sebelah
Yifan adalah Kim Joon Myeon, sama seperti Jongin, dia dari Seoul. Di sebelah
Yixing, adalah Kim Min Seok asalnya dari Namyangju. Di belakang Yixing dan
Minseok, ada Byun Baek Hyun si namja Bucheon, Gyeonggi dan Park Chan Yeol si
namja tinggi itu asalnya dari Seoul. Lalu di belakang Chanyeol, namja berkulit
pucat itu adalah Oh Sehun asalnya dari distrik Jungnang. Di sebelahnya adalah
kekasihnya, Yook Ha Na…”
Taehyung terdiam seribu
bahasa. “Jadi, gadis itu benar Yook Ha
Na? apakah kekasih yang dimaksud namja ini adalah istri?”
“Di belakang Hana ada
Kim Jong Dae asalnya dari Daejeon dan yang tadi kuajak bicara adalah Do
Kyungsoo,” lanjut Luhan tanpa peduli apa yang sedang dipikirkan Taehyung.
Selain memperkenalkan
semua member EXO dengan kebohongan yang dibuatnya dengan cepat, dia juga
memperkenalkan siswa lain seperti hanjang, dan lain sebagainya.
“Jadi,
Oh Sehun adalah maknae EXO yang menikah itu? cih, sudah kuduga. Jadi orang yang
kemarin kulihat itu, dia?”
“Itulah nama-nama siswa
di kelas ini. Ada yang ingin kau tanyakan, Taehyung?”
Taehyung menoleh
kemudian menggeleng dan tersenyum. Namun detik berikutnya, dia terpaku melihat
wajah Luhan. Entah kenapa dia seperti baru sadar kalau Luhan itu sangat tampan.
“Apakah
orang ini juga EXO? Yook Ha Na, adalah versi perempuan dari EXO dan Luhan..
adalah EXO?”
“Wae?”
Taehyung menggeleng
lagi. “Ani-yo. Kuperhatikan, wajahmu dan wajah Sehun mirip.”
Luhan tersenyum lebar.
“Memang. Beberapa orang bahkan menganggap kami kembar.”
“Ah jinjja? Aku tidak
tahu, mian.”
Luhan mengangguk.
Teng teng teng!
Bel istirahat akhirnya
berbunyi. Taehyung, Jimin dan Jungkook langsung pergi dari kelas itu. Sedangkan
EXO, tidak beranjak seinchi pun dari tempatnya.
“Aktingmu bagus sekali,
hyung,” puji Baekhyun sambil memamerkan ibu jari cantiknya.
“Yaa, mulai hari ini
biasakan memanggil satu sama lain dengan nama Korea kalian. Dia mulai
mencurigaiku dan Sehun sebagai EXO. Jika dia belum mencurigai kalian, jangan
perlihatkan kemampuan kalian di depan mereka. arraseo?” jelas Luhan panjang
lebar layaknya jenderal yang mengomando pasukannya.
“Keundae, dia
sebenarnya hanya tahu kalau member EXO adalah Sehun. Mungkin pemimpin mereka
telah memberikan clue tentang pernikahan antara maknae dengan Hana.”
Wajah Hana langsung
memucat. “Jadi dia menatapku karena
mengenalku?”
“Eoh, dia mengenalmu,”
jawab Luhan. “Dan dia pun pernah bertemu Sehun.”
Kini semua mata beralih
pada Sehun.
“Jinjja? Kapan kau
bertemu dengannya?” tanya Suho dengan dahi berkerut.
“Baru hari ini aku
bertemu secara langsung dengannya,” balas Sehun dengan nada datar.
“Jadi kau pernah
bertemu secara tidak langsung?” tanya Hana.
Sehun menoleh, menatap
kekasihnya dengan tatapan datar khasnya. “Eoh, dalam perasaanmu, kemarin.”
Semua terdiam, Tao
sengaja mengaktifkan kemampuannya agar orang lain tidak mendengarkan mereka.
“Bagaimana caranya?”
tanya Chanyeol.
“Kau sedang tidak
bercanda, kan?” desis Xiumin.
“Apakah kemampuanmu
telah berkembang?” pertanyaan D.O membuat yang lain terdiam.
“Amado. Kemampuan itu
datang begitu saja saat Hana menangis. Aku bertarung dengan Taehyung. Dia
memiliki satu kekuatan yang sama sepertiku, dia bisa membuat replika dirinya.”
“Apa yang dia lakukan
di perasaan Hana?”
“Memenjara dan
menyerang Hana. Tapi sebelum dia berbentuk manusia, dia berbentuk bayangan
hitam yang bergerak dengan kecepatan tinggi.”
Hana meraih tangan
Sehun dan menggenggamnya erat. “Jadi kau kelelahan kemarin karena itu?”
Sehun mengangguk.
Tao menyudahi
kekuatannya. “Sebenarnya, kita bisa membunuh mereka sekarang. Tapi menurutku,
akan terasa membosankan kalau seperti itu.”
“Bagaimana kalau kita
bagi tim menjadi dua. Tim satu beranggotakan tujuh, sedangkan tim dua
beranggotakan lima?” usul Kai.
“Kenapa harus begitu?”
sanggah Chen.
“Ini taktik. Tim satu
yang bertugas menyerang sedangkan tim dua bertugas menjaga Hana.”
“Aku akan masuk tim
dua,” ucap Sehun tiba-tiba.
“Yaa. tidak bisa
begitu. Kau sudah terdeteksi dan si Taehyung itu sudah pasti menyebarkannya ke
yang lain. Kau harus ada di tim satu,” ucap Kai serius.
“Tapi aku ingin
menjaganya sendiri,” Sehun tetap bersikeras dengan kemauannya.
“Tidak bisa. Kau harus
di tim satu,” Kai juga tidak mau kalah.
“Yaa yaa! bisakah
kalian diam? Aku sudah membaginya dan ini tidak bisa diganggu gugat. Baekhyun,
Chanyeol, Xiumin, Suho, D.O, Chen dan Sehun di tim satu. Aku, Kai, Tao, Kris,
Lay, di tim dua,” ucap Luhan yang langsung menengahi mereka.
“Wae? Kenapa aku harus
di tim satu?” tanya Sehun dengan ekspresi tidak terima.
“Karena kau sudah
terdeteksi. Dan kau lah satu-satunya yang pantas melawan Taehyung.
Sehun ingin protes lagi
tapi sentuhan Hana di pipinya membuatnya menoleh. Gadis itu tersenyum begitu
manis hingga Sehun tidak bisa berpaling darinya. “Gwaenchanha, Oh Sehun. Kau
tetap bisa menjagaku dengan jalan itu. Kalau energimu habis, kau bisa datang
padaku dan aku yang akan membuat energimu kembali. Arraseo?”
Rambut Sehun berubah
putih. “Eoh, arraseo.”
“Kalian mengerti dengan
taktik ini bukan. Tetaplah berakting seolah manusia sampai kita lihat sendiri
siapa saja empat lainnya.”
Semuanya mengangguk.
**
Untuk menghindari
kecurigaan BTS, mereka sengaja tidak pulang bersamaan. Luhan dan tiga Chinese
lainnya, memilih pergi ke game center. Baekhyun, Chanyeol dan Chen sepakat
pergi berbelanja ke Myeongdong. Suho dan Xiumin pergi ke gym. Sementara Lay dan
D.O pergi ke rumah. Lain dengan Sehun dan Hana, mereka sepakat untuk pergi
berkencan. Tidak ada salahnya bukan, berkencan sepulang sekolah di kota Seoul?
“Akhirnya kita
berkencan,” sorak Hana dengan riang. Dia memeluk erat lengan Sehun dan
melakukan beberapa tingkah manis.
Sehun tersenyum melihat
reaksi kekasihnya. “Kau kelihatannya senang sekali.”
“Tentu saja. Enam belas
tahun hidupku, baru kali ini aku berkencan.”
“Jadi ini juga pertama
kali untukku? aku bahkan dari dua setengah abad hidupku.”
Hana tertawa
mendengarnya. “Itu menyedihkan sekali Oh Sehun..”
“Eum.. kita pergi ke
mana?”
“Bagaimana kalau ke
Namsan Tower?”
Sehun menatap
kekasihnya bingung. “Buat apa pergi ke menara? Mau berburu beruang?”
Bibir Hana mengerucut.
“Yaa, Namsan itu bukan seperti mercusuar. Dari sana kita bisa melihat kota
Seoul. Kujamin kau pasti suka.”
“Jinjja? Apakah di sana
menyenangkan?”
Hana mengangguk. “Kita
bisa menuliskan harapan pada gembok dan menguncinya di sana. Konon katanya,
harapan yang ada di sana pasti terkabul.”
“Kedengarannya bagus.
Di mana tempatnya? Apakah masih jauh dari sini?” Sehun mulai melihat sekitar
berharap terlihat sebuah menara yang dimaksud Hana.
“Masih cukup jauh. Kita
harus naik bus dulu,” ucap Hana seraya menarik Sehun menuju halte di mana
sebuah bus baru saja berhenti. Hana menggunakan kartunya sebanyak dua kali
kemudian menarik Sehun ke dua tempat duduk yang bersebelahan.
“Ini yang namanya bus?”
bisik Sehun sambil mengedarkan pandangan.
Hana mengangguk. “Eoh.
Ini adalah bus. Dengan ini kita bisa pergi ke suatu tempat dengan lebih cepat
dan tidak melelahkan.”
“Ah.. algeuseummida.”
Hana merebahkan
kepalanya di bahu Sehun. Dia benar-benar menikmati kegiatan itu dengan mata
memejam. Sehun menoleh, dia tersenyum lalu mengelus lembut rambut gadisnya.
“Kalau kau mengantuk
kita tunda besok saja.”
Hana menggeleng. “Aku
tidak mengantuk. Bahumu nyaman, semua yang kau punya itu sangat nyaman
untukku.”
Sehun memindah
lengannya melingkar di leher Hana. “Begini lebih nyaman?”
Hana mengangguk. “Eoh,
sangat nyaman.”
Di balik topinya,
rambut Sehun berubah menjadi merah menyala. Dia benar-benar menyukai posisi
seperti ini di mana dia bisa mencium aroma tubuh Hana yang sangat wangi. Dia
tahu kalau wangi itu tidaklah berasal dari parfum, melainkan darah yang
mengalir di tubuh kekasihnya. Namun bau ini tidak membuatnya ganas layaknya vampire
biasanya. Di dalam diri Hana, seolah ada pelindung yang bisa menahan Sehun agar
tidak menghisap darahnya. Lagi pula Sehun sendiri tidak mau, Hana yang kini
menghiasi hatinya, mati dalam keadaan tubuh tanpa darah karena kebuasan
dirinya.
Lelaki itu mengecup
dahi Hana cukup lama.
**
“Wuah.. akhirnya kita
sampai di sini,” seru Hana ceria. Dia langsung menarik Sehun untuk mengikutinya
mendekati pagar pembatas.
“Itu lihat Sehun, bagus
kan? Seperti melihat bintang di langit,” ucap Hana seraya menunjuk kota Seoul
yang dipenuhi dengan warna-warni lampu.
Sehun memandang
pemandangan di depannya penuh kagum. “Ne, seperti melihat bintang.”
“Besok, kita pergi ke
sungai Han, ne? sungai Han waktu malam juga bagus,” kata Hana sambil memeluk
lengan Sehun.
“Eoh, terserah apa
maumu,” balas Sehun sambil tersenyum.
Hana memekik senang
setelah mendengarnya. Dia berjinjit dan kemudian..
CHUP!
“Gomawo-yo, Oh Sehun.”
Sehun yang semula
terkesiap, kini ikut tersenyum. “Ne.”
Setelah puas melihat
kota Seoul, Hana mengajak Sehun untuk memasang gembok harapan. Sesuai
permintaan Sehun, mereka mengambil sepasang gembok dengan ukuran cukup besar.
Di sebuah meja, mereka pun menuliskan harapan masing-masing.
^Hana side^
Ini
adalah kencan pertamaku paling romantic bersama seseorang yang kucintai. Aku
berharap, semoga momen seperti ini tidak akan berakhir. Aku ingin terus
bersamanya, namja yang kucintai bernama Oh Se Hoon. Tidak peduli siapa dia,
tidak peduli kata orang tentangnya, yang pasti aku tidak mau berpisah dengannya.
Kuharap, semoga ada sebuah keajaiban yang bisa membuatku ada di sisinya
selamanya. Aku sangat mencintai Oh Sehun. –Oh Ha Na-
^Sehun side^
Annyeong,
aku Oh Se Hun. Usiaku 250 tahun dan aku berkencan dengan gadis sekaligus
istriku yang berusia 16 tahun. Ini pertama kalinya aku ke tempat seperti ini,
dan melihat bintang yang bukan di langit. Aku berharap, jika waktu diputar ke
belakang, aku ingin tercipta sebagai manusia biasa, bukan makhluk beraga
manusia seperti ini. Namun aku tetap ingin bertemu gadis ini jika aku
benar-benar terlahir sebagai manusia biasa. Dia telah berjasa membuat
perasaanku hidup. Harapanku yang kedua, aku ingin bertambah tua. Karena dengan
begitu, gadisku tidak akan takut bertambah tua dan kami bisa menjalani masa tua
bersama. Aku juga ingin, membuatnya menjadi perempuan sejati dengan
mengaruniainya seorang keturunan. Kuharap semua yang kuinginkan terjadi. Untuk
seseorang yang membuat perasaanku hidup, saranghae Oh Ha Na.
Mereka menggantungkan
gembok masing-masing di tempat berbeda. Hana maupun Sehun merasa lega setelah
menuliskan itu. Ketika mereka kembali bertemu, Sehun memberikan surprice hug
nya. Tidak peduli mereka dipandang aneh oleh orang-orang karena masih
berseragam, Sehun tetap memeluk kekasihnya dengan erat. Dia menyukai hangatnya
tubuh Hana.
“Rambutmu berwarna soft
pink, Sehun,” ucap Hana ketika melepas topi Sehun.
“Aku sedang jatuh
cinta, Hana.”
Pipi Hana merona. Dia
menyembunyikan wajahnya itu di dada Sehun agar tidak terlihat oleh orang lain.
TBC