Review dan Sinopsis Anime 'The Promised Neverland' (2019)



Anime yang paling recommended untuk ditonton pecinta genre thiller dan horor adalah The Promised Neverland. Meskipun pemerannya masih anak-anak, justru di sinilah kita bisa mendapatkan kesan menegangkan yang bener-bener creepy sampe bikin bulu kuduk merinding. Seriusan, ini anime pertama yang menurutku TOP banget secara plot dan pesan yang ingin disampaikan kreatornya. 

Sebenarnya awal mula aku nonton anime ini karena dikaitkan dengan konsep MV debut ENHYPEN bertajuk ‘Given-Taken’. Banyak yang bilang kalau beberapa adegan kelihatan sama persis dengan yang ada di anime ini. Jelas dong aku penasaran. Kupikir ceritanya bakal biasa aja, atau terkesan aneh, tapi ga taunya ternyata the best banget ceritanya. Oke langsung aja kita mulai membahas tentang sinopsis dari anime ini berdasarkan yang sudah aku tonton. 

Anime ini mengambil latar waktu tahun 2045 di sebuah panti asuhan bernama Grace Field. Di panti asuhan ini terdapat 37 anak mulai dari usia bayi hingga usia 11 tahun. Pengasuh mereka adalah seorang wanita yang dipanggil ‘Mama’, bernama Isabella. Well, kelihatannya memang kehidupan di panti asuhan ini sangat bahagia. Anak-anak bebas bermain di sekitar panti asuhan, makanannya lezat, pakaian mereka berwarna seputih salju, dan semuanya mendapatkan kasih sayang yang rata dari Mama. 

Dan mood cerita ini pun berubah 180 derajat saat 2 anak tertua tanpa sengaja melanggar peraturan dan mengetahui kebenaran dari Grace Field itu. Peraturan apa itu? Meskipun mereka bebas melakukan apapun di panti asuhan itu, akan tetapi Mama memberi mereka larangan untuk tidak mendekat ke pintu gerbang atau bermain ke hutan. 

Dua anak tertua di panti asuhan ini melanggar peraturan itu. Mereka adalah Emma dan Norman. Keduanya pergi ke pintu gerbang karena Conny, saudara mereka yang telah ‘diadopsi’ ternyata melupakan boneka kelincinya (bernama Little Bunny). Keduanya lantas mengejar Conny, karena Ray, anak tertua lainnya, mengatakan bahwa mereka masih sempat untuk menyusul Conny dan Mama. 


Namun sesampainya di pintu gerbang, mereka tidak menemukan Conny dan Mama. Karena takut ketahuan oleh Mama, Emma pun berinisiatif menyimpan Little Bunny ke bagian belakang mobil box yang terparkir di sana. Akan tetapi dia dikejutkan dengan pemandangan mengerikan di dalam mobil tersebut. 

Conny telah mati. 

Tepat pada saat yang sama, Mama datang dari sebuah ruangan di sana bersama sosok lain. Norman dan Emma lantas bersembunyi di bawah mobil, mendengarkan percakapan mereka mengenai rahasia panti asuhan tersebut. Saat sosok lain yang tak lain adalah iblis itu mencium aroma aneh dari bawah mobil, pada saat itulah Little Bunny ditemukan di sana, sedangkan Emma dan Norman telah berhasil kabur. 

Mama yang menyadari bahwa ada anak-anak yang datang ke pintu gerbang dengan membawa Little Bunny, ekspresinya pun mulai pucat, dan dari sinilah segala kebenaran terungkap. 

Seperti halnya anak-anak pada umumnya. Emma dan Norman mengalami trauma setelah melihat dan mendengar kenyataan pahit itu. Emma yang dikenal sebagai anak yang ceria dan aktif, setelah insiden ini dia mulai terlihat murung dan menarik diri dari yang lain. Sedangkan Norman, dia berusaha terlihat tenang seolah tidak pernah tahu apa-apa. 

Dari sinilah Emma bertekad untuk kabur dari panti asuhan tersebut. Dia ingin mengajak seluruh anak-anak yang ada di sana untuk kabur. Ide tersebut awalnya ditentang oleh Norman, yang sebagai anak paling jenius di Grace Field, menganggap bahwa hal tersebut mustahil. Namun karena ketulusan dan tekad kuat dari Emma, akhirnya Norman mengalah dan menyetujui ide tersebut. 

Awalnya mereka hanya merahasiakan soal rencana kabur itu untuk mereka berdua saja. Namun akhirnya mereka memutuskan untuk memberitahu Ray. Mereka bertiga pun mulai memikirkan bagaimana caranya untuk kabur dari Grace Field melalui hutan yang sialnya terhalang oleh dinding beton yang sangat tinggi dan besar. 


Mereka menjalankan rencana sambil berakting seolah mereka hanyalah bocah-bocah polos yang tidak mengerti apa-apa saat berada di hadapan Mama. Ketiganya juga memutuskan untuk memberitahu 2 anak tertua lainnya, yaitu Don dan Gilda untuk membantu menyukseskan rencana mereka. 

Rencana mereka berjalan dengan cukup lancar, bahkan mereka telah menyiapkan tali yang terbuat dari kain-kain yang disambung serta merancang alat untuk menghancurkan alat pelacak yang terhubung ke chip yang ditanam di telinga mereka. 

Bahkan meskipun datang pengasuh baru, bernama Suster Krone dengan perawakan besar dan karakter yang agak tomboi, mereka tetap sanggup menjalankan aksi dengan sebaik mungkin. Tidak hanya menyiapkan alat untuk melompati dinding pembatas, mereka juga melatih anak-anak dengan dalih ‘bermain kejar-kejaran’ supaya terbiasa saat hari H mereka kabur. 

Btw, mereka merencanakan kabur dalam 2 bulan setelah Conny dikirim. 

Disinilah bagian menegangkan dalam cerita ini. Dengan adanya Suster Krone, sebenarnya cukup menyulitkan rencana Emma dan Norman. Suster Krone telah mengetahui bahwa 2 anak tertua di Grace Field sedang berusaha merencanakan aksi kabur, dia mendapatkan informasi ini dari Mama Isabella. 


Suster Krone akhirnya mencurigai Emma dan Norman. Ia bahkan ikut bermain kejar-kejaran dan berhasil menangkap semua anak kecuali Emma, Norman dan Ray. 

Sebenarnya kalau dilihat-lihat, Suster Krone sejak awal lumayan membantu rencana Emma dkk. Karena Suster Krone ingin menjadi Mama, bukan hanya pembantu/asisten Mama saja. Dia berencana untuk menjatuhkan Isabella dari posisi Mama. Dan caranya adalah dengan mengadukan pada Grandmother(?) bahwa anak-anak berkualitas tinggi sedang berusaha kabur dari Grace Field. 

FYI, Emma, Norman dan Ray adalah anak-anak dengan skor tes paling tinggi. Oleh para iblis dan manusia yang bekerja di Grace Field, mereka bertiga disebut sebagai “produk berkualitas tinggi” dari panti asuhan yang disebut dengan “peternakan Plant 3”. 

Kehadiran Suster Krone, membuat Norman mulai mencurigai bahwa ada seorang anak yang ditunjuk oleh Mama/Suster Krone untuk menjadi mata-mata dari rencana mereka. Ia mencurigai Don dan Gilda, karena terlihat dari gerak-gerik mereka yang agak mencurigakan saat berinteraksi dengan Mama dan Suster Krone. Bahkan Emma sempat membuntuti Gilda saat di tengah malam Gilda terbangun dan pergi ke kamar Suster Krone. 

Namun tak terduga, justru yang menjadi mata-mata adalah Ray. Dia mengajukan sendiri pada Mama untuk menjadi mata-mata, dan telah menjalani aksinya selama 6 tahun. 

Plot twist banget kan? Trus gimana dengan rencana mereka?


Masalahnya di sini Ray adalah pihak yang juga merencanakan segalanya untuk aksi kabur mereka. Dia juga mengetahui letak tali yang mereka sembunyikan untuk kabur menuju hutan. Bahkan, dia juga yang dengan sengaja menyuruh Norman dan Emma untuk pergi ke pintu gerbang untuk mengembalikan Little Bunny yang tertinggal pada Conny. 

Kesimpulannya, selain menjadi mata-mata untuk Mama, Ray juga sudah mengetahui rahasia tentang peternakan itu sejak lama. 

Cerita The Promised Neverland menurutku bener-bener complicated. Di saat Emma dan Norman mendapatkan cara baru, rasa lega hanya bertahan sebentar karena ternyata Mama/Suster Krone mengetahui rencana mereka. Dari episode 1 sampai 12, kita terus dibuat tegang dengan kemungkinan rencana mereka gagal. Bahkan saat belum 2 bulan hingga tenggat waktu, mereka dikejutkan dengan kabar bahwa Norman dipilih untuk ‘dipanen’. 

Hal ini tentu saja membuat rencana mereka jadi kacau. Sehingga Emma dan Ray akhirnya harus memikirkan cara untuk membantu Norman kabur sebelum malam hari Norman dikirim pada iblis. Kekacauan ini semakin didukung dengan fakta bahwa Suster Krone mendapat promosi menjadi Mama di Plant 4, Ray yang dipecat menjadi mata-mata Mama karena Mama tahu bahwa Ray berkhianat padanya, dan Emma yang mengalami patah tulang di kaki karena Mama. 

Meski begitu Emma dan Ray terus mendesak Norman untuk segera kabur. Mereka menyuruh Norman kabur di siang hari, dengan dibekali alat untuk mematikan alat pelacak di telinganya. Ya, Norman memang sempat pergi ke hutan, berhasil menaiki dinding tersebut. 


Namun sorenya Norman justru kembali ke House, mengembalikan alat tersebut pada Ray, dan memutuskan bahwa dia akan menerima untuk ‘dipanen’. 

Asli nyesek banget waktu Norman bener-bener pergi ke pintu gerbang itu. Bahkan Emma dan Ray sampai murung berhari-hari, dan rencana kabur mereka entah bagaimana kelanjutannya. Mama terlihat puas dengan kondisi 2 anak ini. Mereka kelihatan putus asa, bahkan Ray selalu kelihatan menyendiri tanpa memiliki semangat hidup sedikitpun. 

Kehidupan mereka di Grace Field kembali normal seperti biasa, tanpa rencana apapun. Sampai tibalah hari dimana Ray berulangtahun, yang itu artinya dia harus dipanen. Karena di sini untuk anak-anak dengan kualitas tinggi (maksudnya otak yang cerdas), dipanen saat usia mereka telah mencapai 12 tahun. Saat itu adalah giliran Ray untuk dipanen. 

Akan tetapi, Emma tidak membiarkan hal itu terjadi. Dia mengajak Ray untuk kabur tepat sehari sebelum Ray dipanen. 

Bakal panjang banget ini kalau diceritakan. Jadi untuk kelanjutannya kalian bisa cari tahu dengan nonton sendiri. Ada beberapa bagian yang juga belum kuceritakan di sini, jadi kalian cari jawabannya saat nonton animenya. 

Oke, sekarang untuk ulasannya, menurutku cerita ini bener-bener bagus. Dari sekian anime yang aku tonton, baru ini anime yang jalan ceritanya tertata apik dengan topik yang cukup berat, dan cukup masuk akal buatku. Cerita ini menurutku seolah menjelaskan tentang kasus perdagangan anak. Ya, anak-anak hanya dianggap sebagai produk/barang yang diperjualbelikan untuk kepuasan orang-orang dewasa terutama mereka yang memiliki kuasa. Anak-anak hanyalah makanan, seperti konspirasi Pizzagate dimana anak-anak dilabeli dengan nama-nama makanan. 

Kalau harus aku kasih rating, The Promised Neverland deserve perfect score! Ya meskipun agak nyebelin juga karena endingnya gantung. Soalnya kita tidak tahu anak-anak itu beneran berhasil kabur ke dunia manusia, ataukah mereka masih bakal tertangkap oleh para iblis. But overall, cerita ini the best menurutku. 





Dari korelasinya dengan MV Given-Taken juga sedikit menjawab rasa penasaranku. Di MV ini Sunoo memeluk boneka kelinci, Little Bunny, jadi apakah dia adalah Conny? Aku juga kurang yakin. Trus ada adegan dimana Jay dan Jake lagi berdiri berhadapan seolah membicarakan sesuatu, kelihatan sama kayak Norman dan Ray gak sih? Bahkan latar tempatnya kayak panti asuhan, wanita yang berpakaian seperti Mama, dan lain-lainnya juga kelihatan mirip banget dengan anime ini. 

Lupakan teori Given-Taken. Yang jelas anime ini worth it untuk ditonton. Sekian.