Hai, ketemu lagi sama saya ^^ Kali ini saya ingin mereview sebuah film lama yang baru saya
tonton kemarin malam. A Beautiful Mind,
udah kenal? Bagi yang belum kenal, mari saya jelaskan sedikit.
Di awal film, saya tuh sebenernya ngga paham sama jalan ceritanya. Tahu-tahu semua ahli matematika dikumpulkan di suatu tempat, yaitu Universitas Priceton, rapat membahas tentang kemajuan matematika di dunia pada saat itu. Jujur sih, sebenernya bingung banget saya pas nonton. Dikasih rumus-rumus doang, tapi karena peran John Nash-nya di sini agak culun-culun gimana gitu,akhirnya aku penasaran trus maksa lanjut nonton.
John Nash ini punya roommate
namanya Charles. Agak susah sih mendeskripsikan siapa itu Charles, tapi dari
dialognya, kayaknya Charles itu seorang biologist. Charles dateng ke ruangan
mereka dalam keadaan mabuk. Awalnya sama Nash dicuekin, tapi gara-gara disebut
brengsek, akhirnya Nash ngobrol sama dia.
John ini punya 4 temen lain yang sama-sama ahli matematika
kayak dia. Tapi 4 orang ini kayak ngebully
gitu. Soalnya John itu modelnya introvert,
jadi dia ngga nyaman kalo gabung sama orang banyak.
Dalam hal cinta, John ini termasuk gak ahli. Di bar, dia
nyoba deketin cewek yang tertarik sama dia, yang dia omongin malah soal sex. Jelaslah si ceweknya marah trus
akhirnya ditampar. Trus ada cewek lain yang tertarik sama dia, tapi bukannya
dia deketin justru gara-gara cewek itu dia dapet ide. Nah, dari ide itu,
akhirnya dia menghasilkan suatu teori yang bikin dia masuk ke sebuah lab. ternama.
Di lab itu tugasnya adalah memecahkan kode-kode rahasia
sekaligus menjadi seorang profesor. Mungkin gara-gara pekerjaannya itu kali ya,
penyakitnya tambah parah. Di kelasnya, ada seorang mahasiswi yang suka sama
dia. Namanya Alicia. Mahasiswi ini dateng ke kantornya buat ngasih tahu jawaban
dari rumus matematika yang ditulis Nash di papan sewaktu dia mengajar.
Jawabannya salah. Tapi di sisi lain, pertemuan itu adalah awal dari kisah cinta
Alicia dan Nash.
Ada orang namanya Parcker, orang yang suka pake topi lebar gitu ngikutin dia kemana-mana. Ternyata Parcker adalah orang yang bekerja di semacam Departemen Keamanan gitu. John ditawari bekerja di sana sebagai pemecah kode rahasia, yang kode-kode itu didapatkan dari majalah-majalah.
Ada orang namanya Parcker, orang yang suka pake topi lebar gitu ngikutin dia kemana-mana. Ternyata Parcker adalah orang yang bekerja di semacam Departemen Keamanan gitu. John ditawari bekerja di sana sebagai pemecah kode rahasia, yang kode-kode itu didapatkan dari majalah-majalah.
Tapi pekerjaan itu ternyata bikin dia dalam bahaya. Dia yang
udah nikah sama Alicia, jadi overworking
gitu sampe penyakitnya kumat. Ada adegan dimana dia dan Parcker dikejar-kejar
oleh mata-mata sampe ada adu tembak segala. Dia jadi trauma, sampe-sampe Alicia
yang sedang hamil nelpon psikiater.
Sebelum si psikiater datang, John ini dateng ke universitas
Harvard buat ngasih seminar. Dia ketemu Charles sama keponakannya Charles. Pas
ngasih seminar, dia ngeliat itu psikiater. Dia nganggepnya si psikiater itu
orang Rusia yang berniat menangkap dia. Trus dia kabur, tapi akhirnya tertangkap
juga.
Faktanya, orang yang namanya Charles, Parcker apalagi
keponakannya Charles itu sebenernya nggak ada. Hanya halusinasi Nash doang.
Halusinasinya sedikit hilang begitu dia melakukan pengobatan di rumah sakit.
Tapi begitu kembali ke rumah, dia menghentikan obatnya karena obat itu punya
efek samping membuat dia nggak bisa konsen dengan rumus-rumus matematikanya.
Penyakitnya kumat lagi. Dia hampir aja ngebunuh anaknya gara-gara dia
menganggap kalo di rumah itu ada Charles, sementara istrinya menemukan sebuah
rumah kosong yang dijadikan Nash sebagai tempat penelitiannya melakukan
pemecahan kode rahasia melalui majalah.
Dia diminta balik ke rumah sakit nggak mau, disuruh mengonsumsi obat juga nolak. Akhirnya, dia memakai caranya sendiri. Yaitu dengan mengabaikan orang-orang di halusinasinya dan hidup normal sebagaimana yang dilakukan orang lain. Usahanya ini dibantu oleh istrinya dan empat temannya.
Dia diminta balik ke rumah sakit nggak mau, disuruh mengonsumsi obat juga nolak. Akhirnya, dia memakai caranya sendiri. Yaitu dengan mengabaikan orang-orang di halusinasinya dan hidup normal sebagaimana yang dilakukan orang lain. Usahanya ini dibantu oleh istrinya dan empat temannya.
Proses penyembuhan dengan caranya sendiri itu nggak
berlangsung sebentar. Bahkan sampai dia tua, orang-orang itu masih ada di depan
matanya. Tapi dia udah terbiasa mengabaikan mereka, dan mulai membuka diri
dengan orang lain. Lambat laun dia pun bisa bersosialisasi dan karirnya sebagai
John Nash makin gemilang. Para professor memberinya pena sebagai tanda
kehormatan, dan sebagai penutup film, ia meraih nobel dalam bidang Ekonomi di
tahun 1994.
Kesanku menonton ini, keren. Awalnya aku pikir aku salah film, eh ternyata bagus banget. Nggak aneh kalo film ini dapet banyak penghargaan-penghargaan. Soalnya ceritanya tuh menyentuh dan menginspirasi. Banyak hal yang bisa kita contoh dalam film ini. Seperti kerja kerasnya seorang John Nash, kesetiaan seorang Alicia sebagai istri, teman-teman yang membantu Nash tanpa pamrih. Pokoknya The Best lah. Bagi yang belum nonton, wajib nonton film ini.
Sekian dulu ya review-nya ^^ kita lanjut lain waktu di
film-film yang lain.